Mengejar Matahari Terbit di Borobudur dan Terbenam di Ratu Boko

Momen matahari terbit selalu indah dan meninggalkan kesan tersendiri ketika dinikmati, matahari terbenam pun tak kalah seksi karena nuansa romantis yang diciptakan. Pantai dan pegunungan biasanya menjadi destinasi favorit untuk menikmati saat-saat penyambutan hari baru atau penyambutan malam tersebut, namun pernahkah lo terpikirkan untuk menikmati suasana itu di kawasan candi yang ada di Indonesia?


Borobudur merupakan salah satu kawasan yang terkenal untuk menikmati indahnya senyuman matahari menyambut hari, sedangkan kawasan Situs Ratu Boko adalah lokasi yang tepat untuk menikmati matahari yang hendak beristirahat menyinari bumi belahan sini.

Sebagai traveler yang pemalas, gue ikutan Big Bird Jalan-Jalan pada bulan Maret 2017 lalu sehingga segala akomodasi, penginapan bahkan tiket masuk area wisata sudah diatur oleh team Big Bird dan gue tinggal duduk manis manja di bangkunya yang empuk. Kebetulan program Big Bird Jalan-Jalan ini memasukkan wisata matahari terbit di Borobudur dan wisata matahari terbenam di Ratu Boko dalam agendanya, sehingga gue gak perlu repot mengatur pengejaran ini sendiri.

Matahari Terbit di Borobudur
Bulan Maret memang salah satu waktu yang tepat untuk menikmati matahari terbit, bahkan Mark Zuckerberg si pendiri Facebook juga pernah menikmati keindahannya di candi Buddha terbesar di Indonesia ini. Salah satu area terbaik untuk menikmati matahari terbit di Borobudur adalah kawasan Hotel Manohara (Manohara Center of Borobudur Study), oiya nama Manohara ini tidak ada hubungannya dengan nama artis itu ya. Berdasarkan relief yang ada di candi Borobudur, Manohara adalah nama bidadari dari kerajaan di selatan.



“Manusia hanya bisa merencanakan, namun alam yang menentukan.”

Rasanya kalimat tersebut cocok untuk menggambarkan keadaan gue ketika sampai di Borobudur, padahal sudah sampai dari subuh namuan cuaca sedang tidak bersahabat. Awan gelap menyelimuti langit dan perlahan hujan turun sehingga gue tidak bisa menikmati matahari terbit, hujan terus turun hingga menjelang siang hari.

Pasar Beringharjo
Untuk mengobati rasa kecewa karena gagal melihat matahari terbit di Borobudur, gue dan rombongan menuju kawasan nol kilometer Jogjakarta, dari lokasi ini gue berjalan kaki menuju pasar tradisional Beringharjo yang terkenal.





Menurut sejarah pasar tradisional ini sudah ada sejak tahun 1700-an yang kemudian mengalami perluasan dan pembangunan termasuk dari sisi interior bangunan perpaduan jaman kolonial Belanda dengan tradisional Jawa.

Matahari Terbenam di Ratu Boko
Menjelang sore kami serombongan Big Bird Jalan-Jalan diantar ke situs Ratu Boko atau yang dikenal juga Candi Boko yang terletak sekitar 3 km dari Candi Prambanan, kabupaten Sleman, Jogjakarta. Komplek peninggalan bersejarah ini merupakan salah satu area terbaik untuk melihat mataharai terbenam dari atas bukitnya, namun sayangnya karena lagi-lagi cuaca sedang tidak bersahabat untuk memenuhi keinginan gue, lagi-lagi rencana melihat matahari terbenam tinggalah kenangan karena hujan.




Selfie di Candi Prambanan
Keesokan harinya dalam rangkaian perjalanan ke Jogjakarta, tak lengkap bila tidak menyempatkan diri untuk mengambil swafoto di Candi Prambanan. Kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun sekitar abad ke-9 menjadi lokasi candi terakhir yang gue kunjungi. Seharian itupun cuaca sangat cerah setelah kemarin seharian hujan dan awan gelap menampakkan dirinya.



Mengenal Lebih Dekat Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat
Tak lengkap rasanya bila ke Jogjakarta tanpa mampir ke Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat yang terletak sangat dekat dengan alun-alun. Tempat istirahat kesultanan ini menyimpan berbagai nilai-nilai sejarah dan warisan kebudayaan Jogjakarta yang tak luar biasa.






Selama 3 hari 2 malam gue sangat menikmati perjalanan keliling Jogjakarta dan sekitarnya bersama Blue Bird ini. Tak hanya mengunjungi candi-candi dan keraton saja, sebenarnya masih ada lokasi lain yang gue kunjungi seperti Taman Pintar di mana tempat ini merupakan area yang sangat bagus banget untuk dikunjungi berwisata sekaligus belajar bersama keluarga, berburu oleh-oleh Bakpia Pathok 25 yang antreannya panjaaaaaaaaaaaanng, mencicipi gudeg Yu Djum yang terkenal di malam hari dan menikmati malioboro yang terkenal.


Dengan biaya yang terjangkau, Big Bird Jalan-Jalan telah berhasil menambah wawasan gue akan kota Jogjakarta dan menikmati liburan singkat ini menjadi sangat bermakna, meskipun gue agak sedih karena gagal mengejar matahari terbit maupun matahari terbenam karena faktor cuaca.

Masih ingin tahu lebih banyak tentang program Big Bird Jalan-Jalan, silakan langsung lihat informasi lengkapnya di link ini ya: http://bit.ly/2ojxIRr 


CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment

Back
to top