Berkhayal Kasih Sayang


Seorang bocah duduk meringkuk di lorong gank.

Terhimpit oleh gedung tinggi yang menjulang menatap langit.
Tubuhnya kotor tak terurus.
Lemah, dengan nafas terengah-engah.

Bibirnya sobek terkena pukulan,
cairan merah mengalir kering keluar.

Beberapa detik lalu,
segerombolan berandal lebih besar menghancurkan mentalnya.
Merusak tubuhnya. Meludahi wajah polosnya. Menendang semangatnya terpental.

Ia sendirian.
Bertahun-tahun hidup mengenas tertindas.
Pandangan kota dengan sistematika nyata hutan rimba.

Anak itu menangis.
Suaranya ingin memanggil seseorang, tp entah siapa yg harus ia panggil.

Ia merasa sakit. Merasa tidak nyaman. Merasa sepi. Merasa gelap. Merasa diabaikan. Merasa dibuang. Merasa hati dan logikanya hanya sampah dunia.

"Ayah..."
Ucapnya pelan sambil berimajinasi ada sosok pria yg tak pernah ia kenal dalam hatinya.
Tangannya brusaha meraih sosok khayalan itu.

Kemudian dia mengusap-usap sendiri kepalanya dan memanggil "ibu..".
Berkhayal ada sosok ibu yg memeluknya saat ia merasa kesepian sperti ini

Ia berjuang membahagiakan dirinya sendiri.
Hidup dgn imajinasi kasih sayang yg tak menyentuh kulitnya.

"Usapan ibu nyaman sekali..."
Ia memejamkan mata menikmati usapan tangan di rambutnya sendiri.
Berkhayal akan kasih sayang.

Didepannya bnyk berlalu lalang.
Anak itu dianggap seperti kerikil di pinggir jalan.
Tidak dilirik. Tidak disentuh. Tidak dianggap keberadaannya.

"Aku tidak gila" ucapnya dlm hati kpd Tuhan.
"Aku hanya berusaha menghibur diri.."

Anak itu membuka matanya dan melihat ke sekitar.
Perhatiannya tertuju kepada seorang anak seumurannya yg bahagia bersama keluarganya.

Air mata menetes tanpa disadarinya.
"Aku iri........"
"Aku juga mau seperti itu...."

"Tapi, aku sadar diri.. Apalah arti diriku..."
diturunkan topi usangnya hingga hampir menutupi wajahnya.

Ia menggenggam kedua tangannya.
Berjalan dgn rasa sepi ditengah keramaian.
Membiarkan air mata membasahi pipinya.

"Hidupku hanya untuk menunggu mati"
"Apapun yg akan terjadi, terjadilah..."

"Aku berbeda. Aku tidak seperti mereka. Aku bukan apa2. Kehidupanku tidak terberkati seperti kalian."

Kekacauan mulai mengisi pikiran.

Anak itu menghentikan langkahnya.
Genggaman kedua tangannya semakin menguat.
Ia merasa ada sesak dalam dadanya yg tak bisa ia tahan.

"Tolong aku..." Bisiknya pelan ke udara.

Airmata semakin deras turun. Sesak di dadanya semakin kuat.
Pikirannya mulai berat. Ayah dan Ibu khayalannya berganti dgn keputusasaan.

"Aku sendiri yg menanggung beban hidupku."
"Takkan ada yg perduli bila aku mati.." Ia memejamkan kedua matanya.

Tangan kanannya merogoh kantong jaketnya mengambil pisau cutter yg ia gunakan sehari-hari untuk bertahan hidup.

Menahan rasa sakit.
Ia menyayat nadi dengan pisau menuliskan satu-satunya hal yg selalu aku impikan.
Satu-satunya hal yang ia butuhkan.

Aku ingin satu hal yg Tuhan berikan gratis kpd seluruh manusia.
Tapi tidak untukku. Aku mau....




















Darahku yg penuh rasa hina menyembur keluar.
Rasa perih, panas, dan gelisah menggerayangi seluruh badan.
Pandangan berputar-putar.

"Aku akan kembali ke tempat dimana jiwaku beristirahat"
" Seharusnya aku tidak pernah dilahirkan...."

"HEEEYYY...AWAAAASSSS" seseorang berteriak dr kejauhan.
Sayup terdengar...pandangan mulai buram...darah terus keluar...

DUUUAAAARRRRRRRRRRRRRRR!!!!

Kini anak itu bs BERKHAYAL AKAN KASIH SAYANG tanpa diusik kehidupan nyata yg pahit. Selamanya...





CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment

Back
to top