3 Hari Wisata Kuliner di Sumatera Barat


Pernahkah kamu bertanya dalam hidupmu "Apa tujuan kita semua dilahirkan ke dunia?" menurut gue, manusia hidup di dunia punya banyak tujuan yang mana salah satunya adalah untuk "Memanjakaan Lidah". 

Banyak cara untuk memanjakan lidah, makan beragam jenis makanan salah satunya. Beruntungnya gue lahir di Indonesia karena negara kepulauan ini gak hanya punya beraneka ragam kebudayaan, bahasa, keindahan alam, jenis flora dan fauna, tapi juga surganya wisata kuliner. Nah, Sumatera Barat adalah salah satu destinasi wisata indra pengecap yang populer.




Selama 3 hari gue diajak jalan-jalan sama Sunco si minyak goreng yang baik untuk merasakan berbagai kelezatan makanan khas Sumatera Barat dalam #SunCoTripMinang. Melihat dari itinerary yang gue terima, gue cukup kaget sih karena dari pagi sampai malamn jadwalnya makaaaaaaaaaaaaan terus, ga ada bobo siang, ga ada berjemur di pantai, pokoknya FULL PERBAIKAN GIZI!



HARI 1


Pukul 10:00 pagi, gue dan teman-teman blogger lain udah sampai di Bandara Internasional Minangkabau dan langsung menuju kota Padang Panjang menggunakan bus wisata sambil mendengarkan panduan wisata kuliner dari Oom Arie yang membuat gue terkagum-kagum karena si Oom satu ini pengetahuan tentang dunia makanannya luaaaaaaaaaaaasssss banget, salute!


Rakik Maco, cemilan khas Minang yang menemani perjalanan.
Lamang Baluo ini seperti lemper tapi ada parutan kelapa dengan gula di atasnya.
Sala Lauak terbuat dari terigu, kunyit, potongan sayur, ikan dan lain-lain
Dalam perjalanan menuju Kota Padang Panjang Oom Arie bercerita bahwa di Sumatera Barat ini yang namanya Rumah Makan dan Restoran punya arti yang berbeda, dimana bedanya? Di sini Rumah Makan berarti tempat makan yang makanannya sudah disajikan dan siap makan, sedangkan Restoran artinya makanan baru akan dimasak/dibuat setelah dipesan, selain itu ada juga yang namanya Bofet yang hanya menyajikan makanan tengah (bukan makanan berat seperti nasi dan lauk pauknya) seperti sate, bakso, gado-gado, lamang, dsb.


Air Terjun Lembah Anai yang dapat ditemukan di jalan akses menuju Kota Padang Panjang


Perhentian pertama adalah Restoran Gumarang yang terletak di Jl M Syafi'i, Pasar Padang Panjang yang punya banyak one dish meal yang harus dicicipi. Oiya, di sekitar jalan ini juga banyak bofet dan gerobak yang menjajakan cemilan lain seperti Jamur Crispy sampai dengan Molen Mini.

Restoran Gumarang ini punya menu khas yang terkenal banget yaitu Pokat Ketan ( ini kesukaan gue, ENAK BINGITS) yang sesuai namanya dari ketan, alpukat dan susu, kemudian Sari Kayo Ketan dan Ampiang Dadiah yang menggunakan yogurt susu kerbau dan rasa asamnya menjadi favorit di Padang Panjang (gue pribadi sihh kurang suka dengan rasanya.. ).

Trio Ketan khas Padang Panjang
Teh Talua, yaitu teh telur yang rasanya manis seperti teh tarik.
Suasana di sekitar Jl M Syafi'i, Pasar Padang Panjang yang ramai akan penjual cemilan.
Sebelum resmi meninggalkan kota Padang Panjang untuk menuju kota Payakumbuh, Oom Arie dari Kelana Rasa mengajak untuk kami untuk mencicipi sate yang paling enak se-Sumatera Barat, Sate Mak Syukur (SMS) namanya.


Tak salah memang menjadikan SMS sebagai pemuas naga-naga yang bersarang di dalam perut gue, sate ini sangat berbeda dan punya cita rasa gurih yang sulit untuk gue gambarkan saking enaknya. Wajarlah kalau sampai mantan presiden SBY sampai menjadikan sate racikan Mak Syukur ini menjadi favoritnya.


Sate Darek Padang Panjang dengan bumbu kunyit SMS
Setelah kenyang dan gue sukses menghabiskan 19 tusuk Sate Mak Syukur meluncurlah kami meneruskan perjalanan menuju Payakumbuh yang akan menghabiskan waktu beberapa jam.

Agar tubuh tetap segar dan tidak mengantuk dalam perjalanan, Kiniko Cafe menjadi pelabuhan sementara jiwa yang ingin kehangatan. Di sini gue mencicipi Kopi kawa daun, yaitu daun kopi kering yang diseduh seperti teh. Minuman khas Minangkabau ini punya banyak khasiat untuk kesehatan seperti penyegar badan dan pereda flu. Selain teh daun kopi ada juga teh daun murbei yang punya khasiat mengatasi hipertensi, rematik, malaria, sakit tenggorokan, kencing manis, kaki gajah dan berbagai jenis penyakit lainnya. Kalau kamu datang ke mari, kamu juga bisa membeli teh-teh tersebut untuk diseduh di rumah, asik kan!

Teh daun kopi, rasanya enak tak sepahit biji kopinya.


Pemandangan di Kiniko Cafe yang menambah syahdunya rasa ketika menyeruput minuman.
Menjelang petang tibalah kami rombongan #SunCoTripMinang di kota Payakumbuh. Tak punya banyak waktu untuk mengisi daya hape maupun daya tubuh gue harus segera bersiap-siap untuk mengunjungi Dapua Rondang Uni Emi yang terkenal dengan kedahsyatan rasa rendangnya.


Oom Arie dari Kelana Rasa sedang asik merandang
Beras Rendang, iya gak cuma daging yang bisa direndang.
Kue Kembang Goyang yang renyah dan lebih cocok disebut Kerupuk Kembang Goyang
Di Dapua Rondang Uni Emi kami disuguhkan banyak jenis makanan khas Minang yang ternyata banyak banget macamnya dan beberapa baru kali ini gue lihat. Tak hanya itu, gue dan teman-teman yang lain juga diajarkan cara merendang yang ternyata selama ini orang-orang telah salah kaprah tentang rendang. Rendang bukanlah nama makanan namun rendang adalah proses mengaduk bahan utama dengan bumbu, santan kelapa selama beberapa jam hingga kering. Bukan hanya daging sapi saja yang bisa direndang, daging ayam, telur dan lainnya juga bisa direndang. 

HARI 2

Di hari ke-2 ini rute perjalanan kami adalah dari Payakumbuh menuju Bukittinggi, namun agar seharian perjalanan ini kami tidak lemas dan kena maag kami menuju Bofet Sianok di Jl A Yani, Payakumbuh. Bofet ini punya banyak menu sarapan yang dijamin bikin ketagihan, dua menu favorit gue dari bofet ini adalah gado-gado Minang dan Kacang Padi Ketan.


Kacang Padi Ketan
Gado-gado Minang yang juaraaaaaa, ada mie pipih di bagian bawahnya yg menambah lezatnya
Soto Minang yang otentik
Nama Ketan Goreng di Minang artinya ketan yg dimakan bersama pisang goreng
 Berbahagialah perut gue pagi ini karena sudah penuh dengan makanan khas Sumatera Barat yang enak-enak, sambil ngelus-ngelus perut tujuan berikutnya adalah Dapur Rendang Riry dimana proses merendang di sana masih menggunakan cara klasik yakni menggunakan tungku, bukan kompor.

Penggorengan raksasa tempat merendang
Tungku api yang terhubung dengan penggorengan
Rupanya Dapur Rendang Riry tidak hanya punya dapur bertungku yang bisa dikunjungi tapi juga toko yang menjual berbagai panganan khas termasuk hasil rendangnya seperti rendang paru, rendang talua, rendang suwir dan cemilan seperti keripik sanjay dan balado.








Puas berbelanja cemilan untuk oleh-oleh kami langsung menuju Lembah Harau di mana di lembah ini kita bisa berteriak dan mendengar echo dari teriakan kita tadi, gak cuma itu aja karena di sini juga terdapat air terjun yg bernama Sarasah Aka Barayun. Pemandangan indah dengan udara sejuk belum lengkap rasanya kalau tidak diselingi mengunyah makanan, untuk itu penjual jagung bakar, pisang kapit dan opak mie dengan kuah sate padang banyak berdagang di sekitar lokasi tersebut.

Pemandangan indah Lembah Harau
Sarasah Aka Barayun
Opak dengan mie dan kuah sate minang, terlihat seperti pizza ya :D
Yoga bersama kak Tika @SabaiX
Jagung Bakar harus dimakan dengan ekspresi yang fierce
 Langit mulai meneteskan air setitik demi setitik menjadi pertanda bahwa kami harus segera meninggalkan Lembah Harau dan melanjutkan perjalanan menuju Bukittinggi. Rumah makan Situjuah menjadi tempat yang kami datangi berikutnya sebelum akhirnya benar-benar melakukan perjalanan panjang menuju penginapan di Bukittinggi.



Ikan nila bakar ini juara enaknyaaaa..apalagi pakai sambal kecap 
Akhirnya sampai di Bukittinggi, setelah menaruh tas dan membersihkan diri gue langsung bersiap-siap untuk makan malam di Rumah Makan & Restoran Family yang katanya sih Rumah Makan ini adalah yang pertama kali menciptakan ayam pop di tahun 80an, itulah sebabnya menu ayam pop menjadi spesifik alias menu andalan di sini.



Sate Danguang-danguang dengan parutan kelapa dan kuah yang gurih dan menggoyang lidah
Ayam Pop yang populer sejak ditemukannya di tahun 80an

 HARI 3

Selamat pagi dari kota Bukittinggi, kota yang udaranya sejuk dan juga makanannya yang enak-enak banget. Pagi itu gue sarapan di Pical Sikai sebuah Bofet yg berdiri sejak tahun 1948 dan menyajikan menu seperti Lamang Tapai, Bubua Samba dan lain sebagainya.


Kak @Pashatama lagi mejeng jagain pintu bofet :p
Bahan utama untuk membuat Pical Sikai
Pical Sikai khas Bukittinggi
Bubua Samba khas Bukttinggi
Lamang Tapai khas Bukittinggi
Seusai sarapan dengan menu khas Bukittinggi, kami langsung menuju pasar tradisional di Bukittinggi namanya Pasar Atas dan Pasar Bawah sekalian mencicipi jajanan pasar khas serta mencicipi Sate Mak Apan yang menggunakan daging dan usus sebagai bahan utama, rasanya gimana? 
ENAK BANGED!

Sate Usus dan Sate Daging Mak Apan di Bukittinggi
Belum selesai brunch Sate Mak Apan diproses di dalam perut gue, ternyata kami sudah sampai di tempat berikutnya yang harus dicicipi masakannya yaitu Nasi Kapau Uni Cah yang terkenal itu looh!

Selfie di pintu depan Rumah Makan
Demi kelancaran petualangan, mari isi perut lagi agar menjadi tenaga.
Perut sudah terisi penuh, perjalanan menuju kota Padang dari Bukittinggi kami lanjutkan kembali. Perjalanan ini dibuat ngebut lebih cepat karena malam hari ini kami harus segera terbang kembali ke Jakarta, namun ternyata perjalanan wisata kuliner tetap berlanjut seru seperti di pemberhentian kami berikutnya di Bika Talago. Bika Talago adalah bofet di daerah Koto Baru yang menyajikan kue bika yang dibuat menggunakan tungku api tradisional, nama Talago sendiri digunakan karena ada telaga di dekat bofet tersebut.


Telaga di samping Bofet Bika Talago, gunung di belakang adalah Gunung Marapi


Bofet Bika Talago


Proses pembuatan Bika yang menggunakan tungku tradisional


Bika putih rasanya mirip wingko babat sedangkan yang merah rasanya lebih kompleks namun gue suka yang merah.
Wisata kali ini memang pantas disebut sebagai wisata perbaikan gizi gue, karena jeda untuk makan dari satu episode ke episode berikutnya hanya berjarak sekitar 2 jam saja, entahlah sepulang dari sini kayaknya berat badan gue naik 10 kg nih.. HAHAHA!

Sesampainya di kota Padang yang merupakan ibukota Sumatera Barat, langsunglah kami membajak RM Pagi Sore yang dibangun sejak tahun 1947 tersebut dan menuntut mereka menyajikan makanan mereka yang paling enak! Haha..iya ini lebay! Rumah makan ini punya menu andalan Gulai Kepala Ikan Kakap dan Ayam Kampung Goreng yg enaaaaaaaaaakk enaaaak enaaaak!!

Beragam hidangan yang disajikan di RM Pagi Sore di Kota Padang

Gulai Kepala Ikan Kakap, woow porsinya juaraaaa!
Ayam Kampung khas RM Pagi Sore
Sudah memasuki hari ke-3 akhirnya berakhir juga perjalanan gue dengan tim #SunCoTripMinang kali itu. Mau seenak apapun makanannya, rasanya kurang pas kalau belum ditutup dengan hidangan pencuci mulut, oleh karena itu dibawalah kami ke Bofet Es Durian Iko Sabananyo.

Ini dia tempat Es Duren legendaris di Padang
Es Duren yang akan memanjakan lidah
Es Campur Duren yang sama enaknya!
Tak terasa udah 3 hari gue di salah satu propinsi yang merupakan surganya bagi pemanja lidah yaitu Sumatera Barat, perjalanan yang diyakini akan membuat berat badan naik, perut membesar tapi hati dan lidah tentram bahagia.

Terima kasih banyak SunCo, petualangan di Minang ini gak akan pernah gue lupakan :')


CONVERSATION

3 comments:

  1. aduhh...seru bangetttt!
    semua makanannya kayaknya enak-enak. tapi paling penasaran sama gulai kepala ikan kakapnya. btw, pical itu kayak pecel gitu kah?

    ReplyDelete
    Replies
    1. ENAK BANGET PASTINYA!
      iya, pical tuh kayak sayur pecel gitu :D

      cob deh sesekali ke Sumatera Barat buat ngerasain cita rasa otentiknya, gak bakal nyesel.. SLuuurrpppp!!

      Delete
  2. Lamang tapai tu dari batusangkar euy...

    ReplyDelete

Back
to top