Kisah Pilu Elang Bondol Sang Maskot Jakarta

Elang adalah burung yang menyimbolkan kekuatan, semangat pantang menyerah dan kedudukan yang tinggi bahkan pada keyakinan kuno tertentu burung Elang dijadikan sebagai ikon dewa yang berhubungan dengan keagungan matahari dan langit. Burung pemangsa berukuran besar ini ada banyak jenisnya di dunia, di Indonesia sendiri ada lebih dari 20 jenis burung Elang dan semuanya jenisnya termasuk ke dalam kategori hewan langka yang dilindungi oleh undang-undang. 


Jenis Elang Bondol atau haliastur indus merupakan burung pemangsa (reptor) yang memiliki ukuran badan lebih kecil dari jenis Elang lain namun lebih besar dari Alap-alap. Elang Bondol bersarang di ketinggian 25-30 meter di tengah hutan dan merupakan jenis elang yang sensitif. Makanan utamanya adalah ikan, namun ia juga menyukai hewan kecil lain seperti cicak hutan, kadal atau burung kecil. Ciri khas lainnya dari Elang Bondol adalah paruhnya yang berwarna abu-abu dengan warna bulu putih dari kepala hingga ke dada dengan daerah penyebaran di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, Jawa dan Bali namun di dua daerah terakhir jenis ini sudah sulit ditemui. Pada tahun 1989 Elang Bondol dan Salak Condet dijadikan sebagai maskot kota Jakarta. Hal itu bisa dilihat di kawasan Cempaka Putih terdapat patung Elang Bondol yang membawa Salak Condet atau yang paling mudah dilihat representasi gambar ini bisa dilihat di logo bus Transjakarta. 


Pertamina bekerja sama dengan Jakarta Animal Aid Network (JAAN) mengelola area rehabilitasi Elang Bondol di Pulau Kotok, Kepulauan Seribu, Jakarta. Dahulu Pulau Kotok dikenal dengan nama Pulau Elang saking banyaknya burung-burung elang yang tinggal di kawasan ini, namun kini jumlahnya semakin berkurang akibat perburuan liar ilegal untuk diperjualbelikan bahkan diselundupkan ke negara-negara lain baik dalam keadaan hidup maupun mati. Yang lebih mengerikannya lagi berdasarkan pada data tahun 2013 jumlah Elang Bondol yang tersisa di pulau ini hanya tersisa 25 ekor. Padahal di Indonesia Elang Bondol dilindungi oleh UU no. 5 tahun 1990 dan terdaftar sebagai hewan appendix di PP no.7 tahun 1999. Di internasional / IUCN (International Union for Conservation of Nature) memiliki status least concern (rentan kepunahan). 




Area rehabilitasi ini berdiri sejak tahun 2005 dan telah berhasil melepasliarkan kembali Elang Bondol dan beberapa jenis elang lain yang sudah “lulus” dari tempat ini. Elang Bondol yang ada di wilayah ini berasal dari hasil sitaan transaksi jual beli hewan ilegal yang digagalkan dan hasil pemberian dari komunitas atau pemilik hewan yang menjadikan Elang Bondol sebagai peliharaan di rumahnya. Area rehabilitasi Elang Bondol ini terbagi menjadi 4 bagian: 

1. Area Isolasi 

Setiap elang yang diterima pertama-tama akan diperiksa kondisinya oleh dokter hewan di area. Karena Elang Bondol termasuk hewan yang sensitif maka area ini tidak bisa diakses oleh banyak orang dan hanya bisa diakses oleh petugas JAAN dan dokter hewan yang bertugas. 

2. Area Sanctuary 

Area yang terletak di muka utama pusat rehabilitasi elang Pulau Kotok adalah tempat tinggal elang-elang yang masih dalam kondisi baik namun mereka sudah tidak mampu terbang karena sayapnya telah dipatahkan akibat pemilik sebelumnya atau para pelaku penyelundup hewan ilegal. 

3. Area Sosialisasi Darat 

Di sini elang-elang yang ada dalam kondisi baik dan bisa terbang akan dilatih untuk mengembalikan naluri alaminya sebagai hewan liar. Hal yang utama untuk dikembalikan adalah naluri berburu yang dimilikinya, ketika elang sudah bisa berburu ikan yang masih hidup di air dan kembali ke pohon setelah berhasil menangkap ikan tersebut, maka ia sudah siap untuk menjalani “tugas akhir menuju kelulusan”. 

4. Area Sosialisasi Laut dan Pelepasliaran 

Area yang terletak beberapa meter dari bibir pantai ini ditujukan untuk mengasah kembali naluri Elang Bondol sebagai pemburu ikan sebelum akhirnya siap untuk dilepasliarkan. 

Berdasarkan data pada bulan April tahun 2018, jumlah Elang Bondol yang ada di kawasan rehabilitasi Pulau Kotok saat ini ada 25 ekor, Elang Laut 8 ekor dan 1 ekor Elang Ikan Kepala Abu. 

Pengalaman baru ini gue dapat dengan mengikuti Pertamina Eco Camp dari Pertamina MOR 3 yang telah membuka mata, telinga, hati dan pikiran gue bahwa manusia bisa melakukan banyak hal jahat kepada keseimbangan alam padahal manusia adalah bagian dari alam itu sendiri. 

Makan Siang Liwetan

Lomba Masak Nasi Goreng Seadanya bersama Bright Gas Can

Hal berkesan lainnya di Pertamina Eco Camp yang gue rasakan adalah gue belajar mengenai terumbu karang dan cara melakukan transplantasi terumbu karang dengan bantuan subtrack. Eh, btw gue baru tahu loh kalau ternyata terumbu karang itu termasuk jenis hewan dan bukan tumbuhan, fakta yang sangat mengejutkan bukan? 

Terumbu Karang yang masih hidup berwarna kuning kecoklatan dan berlendir
Revitalisasi terumbu karang di bawah laut

Terumbu karang yang sehat dan lebat adalah habitat ikan-ikan untuk tinggal, nah ikan-ikan yang tinggal di area terumbu inilah yang akan menjadi pakan alami dari Elang Bondol sehingga revitalisasi terumbu karang masih berkaitan dengan pelestarian si maskot Jakarta agar bisa terus hidup dan membentuk banyak keluarga sehingga Pulau Kotok bisa dikenal kembali sebagai Pulau Elang karena banyaknya populasi elang yang tinggal di sini. 



Tak perlu jauh-jauh ke area rehabilitasi di luar pulau bila ingin berpartisipasi dalam pelestarian alam, kita bisa mulai dari hal kecil di kehidupan sehari-hari seperti tidak memelihara burung dalam kandang, tidak membuang sampah sembarangan, mengurangi penggunaan plastik atau tidak sembarangan menginjak terumbu karang saat sedang snorkeling atau bermain di laut. Ada banyak cara untuk menunjukkan kepedulian kita dan mulailah dari dalam diri kita sendiri. 

#Pertamina #EcoCampDay1 #EcoCampDay2 #ElangBondolPulauKotok

CONVERSATION

2 comments:

  1. seru juga ya pengalaman famtrip dari pertamina ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya seru banget, ga cuma nambah pengalaman tapi juga pengetahuan :)

      Delete

Back
to top